Oleh: Nadya Pricilya
Sudah menjadi rahasia umum jika wanita dipandang sebagai pilihan yang tidak lebih baik dari pria, yang hanya mampu mengurusi urusan rumah tangga. Pandangan yang merendahkan perempuan dibentuk oleh orang-orang dengan pola pikir yang kolot di masa lampau. Tidak bisa dipungkiri bahwa pandangan tersebut terjadi hampir di seluruh belahan Bumi. Namun kini, wanita sedikit demi sedikit mengambil peran yang semakin penting di masyarakat. Secara perlahan-lahan, wanita mencoba meruntuhkan paradigma lama demi mendapatkan kebahagiaan sebagai manusia yang utuh.
Jika diperhatikan, selalu ada wanita di antara para pejuang kemerdekaan setiap negara. Wanita selalu ada diantara para pemimpin bangsa-bangsa. Bahkan, wanita selalu ada dalam pergerakan-pergerakan radikal. Di berbagai benua, beberapa wanita tercatat dalam sejarah sebagai pemimpin perjuangan di masanya masing-masing. Mereka antara lain Joan of Arc dari Benua Eropa, Alice Paul dari Benua Amerika, dan Aung San Suu Kyi dari Benua Asia.

Perancis sungguh bangga memiliki Joan of Arc, pahlawan yang memimpin negara tersebut menuju banyak kemenangan selama Perang Seratus Tahun. Amerika Serikat sungguh beruntung memiliki Alice Paul, seorang pejuang wanita yang tidak puas dengan perannya yang kecil di dunia maskulin. Berkat Paul, wanita memiliki hak suara dalam pemilihan umum. Myanmar pun sungguh berbahagia memiliki Aung San Suu Kyi yang berjuang di jalan perdamaian. Keberanian dan ketangguhan yang ditunjukkan oleh wanita-wanita tersebut memperjuangkan sebuah isu mengenai hak setiap orang dalam memilih perannya masing-masing.

Secara spesifik di bidang lingkungan hidup, dunia mengenal seorang ibu yang berkontribusi signifikan dalam menyeimbangkan bisnis dan keberlanjutan lingkungan. Adalah seorang Anita Roddick, pendiri merek terkenal The Body Shop yang memulai usaha bisnis yang berwawasan lingkungan di tahun 1976. Sepanjang sejarahnya, The Body Shop banyak berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan termasuk pemberdayaan masyarakat baik secara sosial maupun secara ekonomi.
Ciri khas wanita dalam perjuangannya adalah kemampuannya untuk tetap menunjukkan kepedulian dan cinta kasih. Karena itulah, wanita merupakan pilar yang kokoh dalam perjuangan menuju dunia yang lebih baik. Dibandingkan beberapa dekade yang lalu, dunia yang kita tinggali saat ini adalah tempat yang lebih baik bagi wanita. Saat ini, ketika pola pikir dunia mengenai kesetaraan gendermulai berubah, wanita mengambil kesempatan ini dengan gemilang. Semakin banyak wanita yang mengenyam pendidikan tinggi. Di Amerika Serikat, persentase wanita mengungguli pria dalam jumlah peserta didik perguruan tinggi pada tahun 1980an. Bahkan di tahun 2009, wanita mendominasi pendidikan master dan doktor di Amerika Serikat.
Sayangnya, keadaan sekarang belum cukup baik secara universal bagi wanita di seluruh dunia. Masih banyak ditemukan pelecehan derajat wanita di berbagai belaha duni. Namun terlepas dari ketidaksanggupan dunia menyediakan lingkungan yang menghargai kaum wanita, akan selalu ada kesempatan bagi wanita untuk berkarya dan berkontribusi. Sejarah telah membuktikannya. Sejarah tersebut kiranya mampu menjadi pelita di setiap hati pejuang wanita masa kini. Dunia yang kacau ini akan selalu membutuhkan peran serta wanita.
Sumber:
Alice Paul Institute. (1985). Alice Paul: Feminist, Suffragist and Political Strategist . Retrieved April 22, 2013, from Alice Paul Institute: http://www.alicepaul.org/alicepaul.htmFranke-Ruta, G. (2013, Maret 20). Why Isn’t Better Education Giving Women More Power? Retrieved April 22, 2013, from The Atlantic: http://www.theatlantic.com/magazine/archive/2013/04/miss-education/309267/The Body Shop Foundation. (n.d.). Environmental Protection. Retrieved April 22, 2013, from The Body Shop Foundation: http://thebodyshopfoundation.org/category/issues/environmental-protection/Warner, M. (1981). Joan of Arc, The Image of Female Heroism. California: University of California Press.