Wanita Indonesia, Tonggak Kemajuan Bangsa

Oleh: Nadya Pricilya

Wanita tidak pernah absen berkontribusi untuk kemajuan bangsa. Sejarah mencatat bahwa lebih dari seabad yang lalu, berdiri sebuah organisasi perempuan pertama di Indonesia bernama Putri Mardika. Putri Mardika mendampingi Budi Utomo dalam usaha kemerdekaan Indonesia di era kaum intelektual. Seakan tidak mau kalah dari pria, peran organisasi tersebut tidak kalah krusial. Putri Mardika bermisi dalam memberikan bantuan, penerangan, dan pendidikan kepada wanita-wanita pribumi. Tekad tersebut pun dinyatakan lewat pemberian beasiswa dan publikasi majalah bulanan. Dari Putri Mardika, lahirlah tokoh-tokoh wanita kebanggaan Indonesia seperti R.A. Sutinah Joyopranoto dan R.A. Rukmini.

Nederlands: Repronegatief. In juni 1950 organi...
Soekarno bersama anggota pergerakan perempuan pertama di Indonesia (Photo credit: mariasucianingsih.com)

Diilhami dari perjuangan pahlawan-pahlawan wanita seperti R.A Kartini, Cut Nyak Dien, dan Martha Christina Tiahahu, wanita Indonesia dari seluruh Nusantara bersatu dan berkumpul dalam Kongres Perempuan Indonesia pertama pada Desember 1928. Kongres tersebut merupakan tonggak pergerakan wanita di Indonesia, salah satunya karena berhasil melahirkan Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Lebih dari itu, posisi wanita dalam kemerdekaan, pembangunan bangsa, dan kesetaraan gender didiskusikan dan didefinisikan dalam kongres tersebut.

Nederlands: Repronegatief. In juni 1950 organi...
Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) pertama (Photo credit: Tropenmuseum)

Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa wanita Indonesia adalah kaum yang kuat, kritis, dan mampu berjuang untuk negaranya. Para pejuang tersebut membuktikan bahwa Indonesia tidak akan maju tanpa peran wanita. Dalam waktu hampir seabad dari masa-masa tersebut, mereka boleh tersenyum bangga menyaksikan prestasi wanita Indonesia masa kini. Wanita Indonesia mampu meneruskan perjuangan mereka dan berkarya di keluarga, pemerintahan, bisnis, dan masyarakat.

Mungkin Anda bertanya, mengapa Anda harus turut berkontribusi di tengah kesibukan dan tanggung jawab hidup yang lain? Bukankah Anda sebagai seorang ibu dan istri sudah sangat sibuk dengan urusan rumah tangga dan urusan lain? Mengapa harus turut serta dalam pembangunan berkelanjutan?

Wanita Indonesia, marilah mencontoh semangat wanita-wanita panutan di atas. Semangat Cut Nyak Dien, Kartini, bahkan Sri Mulyani  mendasari berdirinya Aliansi Perempuan untuk Pembangunan Berkelanjutan (APPB). Melihat kondisi bangsa yang sedang berjerih payah menuju kemakmuran, APPB inginturut ambil bagian dalam usaha mempromosikan pembangunan berkelanjutan. Berdiri pada tanggal 28 April 2004, APPB mengusung lingkungan hidup sebagai tonggak pembangunan berkelanjutan.

Fokus APPB tidak pernah lepas dari pemberdayaan wanita. Hal ini terkait dengan latar belakang berdirinya organisasi. APPB didasari oleh kesadaran bahwa sudah saatnya wanita turut memperkuat mekanisme nasional, regional, dan internasional untuk menilai dampak pembangunan dan kebijakan di bidang lingkungan hidup terhadap wanita itu sendiri. Melihat kedekatannya dengan isu yang berkembang dan kemampuan organisasi ini untuk berdiri dengan independen, APPB didukung oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan.

APPB mengambil langkah yang strategis dalam memilih lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi sebagai pilar organisasi. Seperti yang banyak dikampanyekan belakangan ini, pembangunan berkelanjutan adalah usaha untuk menyeimbangkan ketiga komponen tersebut dalam kegiatan pembangunan. Masalahnya, masyarakat belum memahami betul pentingnya pembangunan berkelanjutan bagi masa depan Indonesia.APPB turut berkontribusi mengubah paradigma masyarakat mengenai pembangunan berkelanjutan dengan melibatkan wanita dalam usaha tersebut.

Perjuangan wanita Indonesia semata-mata untuk kemajuan bangsa. Wanita tidak hanya mampu berjuang dengan keras, tetapi juga mampu berjuang dengan kasih sayang. Peran aktif wanita Indonesia masa kini adalah penghormatan terhadap pejuang wanita di masa lampau dan bentuk cinta kasih terhadap generasi penerus. Pada akhirnya, kiranya setiap wanita Indonesia mampu berkata seperti yang R.A. Kartini pernah ucapkan, “Dan biar pun saya tiada beruntung sampai ke ujung jalan itu, meskipun patah di tengah jalan, saya akan mati dengan merasa berbahagia, karena jalannya sudah terbuka dan saya ada turut membantu mengadakan jalan yang menuju ke tempat perempuan Bumiputra merdeka dan berdiri sendiri”.

Sumber:

Blackburn, S. (2007). Kongres Perempuan Pertama: Tinjauan Ulang. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Muljana, S. (2008). Kesadaran Nasional: Dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan, Volume 1. Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s