All posts by appbindonesia

APPB, Bergerak Lebih Baik untuk Pembangunan Berkelanjutan

Oleh: Iedo Radityo

APPB 2        Merasa bahwa anda dapat berkontribusi lebih lanjut bagi pembangunan ber-kelanjutan di Indonesia? Senang untuk meluangkan waktu anda dengan menjadi anggota organisasi nirlaba? Faktanya, anda tidak sendiri. Sejak Indonesia beralih dari era Orde Baru ke era Reformasi, organisasi nirlaba yang ada di Indonesia terus berkembang dengan pesat.

          APPB 3              Organisasi-organisasi tersebut bergerak dalam berbagai bidang mulai dari agama dan pendidikan hingga lingkungan dan yayasan, termasuk diantaranya pembangunan berkelanjutan. Hal ini dikarenakan warganegara Indonesia mulai memiliki kebebasan yang lebih baik dalam hal berserikat dan berkumpul setelah runtuhnya rezim otoriter Cendana dan mereka tergerak untuk mengisi berbagai kekosongan pemecahan masalah yang tidak atau belum ditangani oleh pemerintah.

              Sayangnya, fenomena yang menggembirakan hanya bertahan singkat saja. Setelah organisasi-organisasi tersebut terbentuk, sering ditemukan fakta bahwa kegiatan organisasi tersebut hanya berkutat pada perencanaan atau aksi yang bersifat seremonial belaka seperti pelaksanaan seminar dan pemberian penghargaan. Hal ini terjadi dikarenakan minimnya sumber daya yang dimiliki organisasi tersebut, baik secara pendanaan maupun sumber daya manusia sertanya kurangnya ide inovatif dalam mengelola organisasi.

               Akibatnya, organisasi nirlaba kerap mendapat cap sebagai organisasi penyedot ang-garan, menyebabkan inefisiensi bagi sektor swasta, serta hanya menjadi proyek temporer pemerintah. Kalangan pengusaha juga hanya memandang organisasi nirlaba sebagai tujuan pengalihan dana sebagai ‘penggugur kewajiban’ dalam hal Corporate Social Responsibility (CSR) dikarenakan kewajiban yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

            APPB, di sisi lain, merupakan salah satu organisasi yang terus berusaha berkontri-busi melalui aksi nyata. Sejak pendiriannya pada tahun 2004, APPB konsisten mengadakan aktivitas yang sesuai dengan visi-misinya serta tiga pilar yang dijunjungnya yakni dalam bidang lingkungan, sosial, dan ekonomi.

              Melalui kerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Pemberda-yaan Perempuan, serta sejumlah organisasi kewanitaan lainnya, APPB telah menggelar berbagai acara. Beberapa diantaranya adalah pendirian Taman Interaksi Sosial di Jakarta & Bogor, pendampingan Kebun Sekolah di berbagai wilayah di Jakarta, penyuluhan mengenai Pembangunan Berkelajutan dan Ketahanan Pangan Keluarga, serta sejumlah program sanitasi di daerah-daerah yang tersebar di Indonesia. APPB juga turut berpartisipasi dalam gerakan Tanam dan Pelihara Sepuluh Juta Pohon yang diprakarsai Kementerian Lingkungan Hidup.

        Jadi, tunggu apalagi? Ingin berkontribusi lebih bagi Indonesia tetapi ingin terjun langsung ke dalam aksi nyata? Bergabunglah bersama APPB! Untuk info lebih lanjut mengenai keanggotaan APPB, silahkan klik button “Bergabung dengan APPB”. Salam Pembangunan Berkelanjutan!

Wanita Indonesia, Tonggak Kemajuan Bangsa

Oleh: Nadya Pricilya

Wanita tidak pernah absen berkontribusi untuk kemajuan bangsa. Sejarah mencatat bahwa lebih dari seabad yang lalu, berdiri sebuah organisasi perempuan pertama di Indonesia bernama Putri Mardika. Putri Mardika mendampingi Budi Utomo dalam usaha kemerdekaan Indonesia di era kaum intelektual. Seakan tidak mau kalah dari pria, peran organisasi tersebut tidak kalah krusial. Putri Mardika bermisi dalam memberikan bantuan, penerangan, dan pendidikan kepada wanita-wanita pribumi. Tekad tersebut pun dinyatakan lewat pemberian beasiswa dan publikasi majalah bulanan. Dari Putri Mardika, lahirlah tokoh-tokoh wanita kebanggaan Indonesia seperti R.A. Sutinah Joyopranoto dan R.A. Rukmini.

Nederlands: Repronegatief. In juni 1950 organi...
Soekarno bersama anggota pergerakan perempuan pertama di Indonesia (Photo credit: mariasucianingsih.com)

Diilhami dari perjuangan pahlawan-pahlawan wanita seperti R.A Kartini, Cut Nyak Dien, dan Martha Christina Tiahahu, wanita Indonesia dari seluruh Nusantara bersatu dan berkumpul dalam Kongres Perempuan Indonesia pertama pada Desember 1928. Kongres tersebut merupakan tonggak pergerakan wanita di Indonesia, salah satunya karena berhasil melahirkan Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Lebih dari itu, posisi wanita dalam kemerdekaan, pembangunan bangsa, dan kesetaraan gender didiskusikan dan didefinisikan dalam kongres tersebut.

Nederlands: Repronegatief. In juni 1950 organi...
Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) pertama (Photo credit: Tropenmuseum)

Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa wanita Indonesia adalah kaum yang kuat, kritis, dan mampu berjuang untuk negaranya. Para pejuang tersebut membuktikan bahwa Indonesia tidak akan maju tanpa peran wanita. Dalam waktu hampir seabad dari masa-masa tersebut, mereka boleh tersenyum bangga menyaksikan prestasi wanita Indonesia masa kini. Wanita Indonesia mampu meneruskan perjuangan mereka dan berkarya di keluarga, pemerintahan, bisnis, dan masyarakat.

Mungkin Anda bertanya, mengapa Anda harus turut berkontribusi di tengah kesibukan dan tanggung jawab hidup yang lain? Bukankah Anda sebagai seorang ibu dan istri sudah sangat sibuk dengan urusan rumah tangga dan urusan lain? Mengapa harus turut serta dalam pembangunan berkelanjutan?

Wanita Indonesia, marilah mencontoh semangat wanita-wanita panutan di atas. Semangat Cut Nyak Dien, Kartini, bahkan Sri Mulyani  mendasari berdirinya Aliansi Perempuan untuk Pembangunan Berkelanjutan (APPB). Melihat kondisi bangsa yang sedang berjerih payah menuju kemakmuran, APPB inginturut ambil bagian dalam usaha mempromosikan pembangunan berkelanjutan. Berdiri pada tanggal 28 April 2004, APPB mengusung lingkungan hidup sebagai tonggak pembangunan berkelanjutan.

Fokus APPB tidak pernah lepas dari pemberdayaan wanita. Hal ini terkait dengan latar belakang berdirinya organisasi. APPB didasari oleh kesadaran bahwa sudah saatnya wanita turut memperkuat mekanisme nasional, regional, dan internasional untuk menilai dampak pembangunan dan kebijakan di bidang lingkungan hidup terhadap wanita itu sendiri. Melihat kedekatannya dengan isu yang berkembang dan kemampuan organisasi ini untuk berdiri dengan independen, APPB didukung oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan.

APPB mengambil langkah yang strategis dalam memilih lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi sebagai pilar organisasi. Seperti yang banyak dikampanyekan belakangan ini, pembangunan berkelanjutan adalah usaha untuk menyeimbangkan ketiga komponen tersebut dalam kegiatan pembangunan. Masalahnya, masyarakat belum memahami betul pentingnya pembangunan berkelanjutan bagi masa depan Indonesia.APPB turut berkontribusi mengubah paradigma masyarakat mengenai pembangunan berkelanjutan dengan melibatkan wanita dalam usaha tersebut.

Perjuangan wanita Indonesia semata-mata untuk kemajuan bangsa. Wanita tidak hanya mampu berjuang dengan keras, tetapi juga mampu berjuang dengan kasih sayang. Peran aktif wanita Indonesia masa kini adalah penghormatan terhadap pejuang wanita di masa lampau dan bentuk cinta kasih terhadap generasi penerus. Pada akhirnya, kiranya setiap wanita Indonesia mampu berkata seperti yang R.A. Kartini pernah ucapkan, “Dan biar pun saya tiada beruntung sampai ke ujung jalan itu, meskipun patah di tengah jalan, saya akan mati dengan merasa berbahagia, karena jalannya sudah terbuka dan saya ada turut membantu mengadakan jalan yang menuju ke tempat perempuan Bumiputra merdeka dan berdiri sendiri”.

Sumber:

Blackburn, S. (2007). Kongres Perempuan Pertama: Tinjauan Ulang. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Muljana, S. (2008). Kesadaran Nasional: Dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan, Volume 1. Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara.

Pergerakan Wanita di Seluruh Dunia

Oleh: Nadya Pricilya

Sudah menjadi rahasia umum jika wanita dipandang sebagai pilihan yang tidak lebih baik dari pria, yang hanya mampu mengurusi urusan rumah tangga. Pandangan yang merendahkan perempuan dibentuk oleh orang-orang dengan pola pikir yang kolot di masa lampau. Tidak bisa dipungkiri bahwa pandangan tersebut terjadi hampir di seluruh belahan Bumi. Namun kini, wanita sedikit demi sedikit mengambil peran yang semakin penting di masyarakat. Secara perlahan-lahan, wanita mencoba meruntuhkan paradigma lama demi mendapatkan kebahagiaan sebagai manusia yang utuh.

Jika diperhatikan, selalu ada wanita di antara para pejuang kemerdekaan setiap negara. Wanita selalu ada diantara para pemimpin bangsa-bangsa. Bahkan, wanita selalu ada dalam pergerakan-pergerakan radikal. Di berbagai benua, beberapa wanita tercatat dalam sejarah sebagai pemimpin perjuangan di masanya masing-masing. Mereka antara lain Joan of Arc dari Benua Eropa, Alice Paul dari Benua Amerika, dan Aung San Suu Kyi dari Benua Asia.

Joan of Arc
Joan of Arc, pahlawan perang wanita dari Eropa (Photo credit: biographyonline.net)

Perancis sungguh bangga memiliki Joan of Arc, pahlawan yang memimpin negara tersebut menuju banyak kemenangan selama Perang Seratus Tahun. Amerika Serikat sungguh beruntung memiliki Alice Paul, seorang pejuang wanita yang tidak puas dengan perannya yang kecil di dunia maskulin. Berkat Paul, wanita memiliki hak suara dalam pemilihan umum. Myanmar pun sungguh berbahagia memiliki Aung San Suu Kyi yang berjuang di jalan perdamaian. Keberanian dan ketangguhan yang ditunjukkan oleh wanita-wanita tersebut memperjuangkan sebuah isu mengenai hak setiap orang dalam memilih perannya masing-masing.

English: Aung San Suu Kyi meets with crowd aft...
Aung San Suu Kyi dibebaskan dari status tahanan rumah pada tanggal 14 November 2010. (Photo credit: justees.org)

Secara spesifik di bidang lingkungan hidup, dunia mengenal seorang ibu yang berkontribusi signifikan dalam menyeimbangkan bisnis dan keberlanjutan lingkungan. Adalah seorang Anita Roddick, pendiri merek terkenal The Body Shop yang memulai usaha bisnis yang berwawasan lingkungan di tahun 1976. Sepanjang sejarahnya, The Body Shop banyak berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan termasuk pemberdayaan masyarakat baik secara sosial maupun secara ekonomi.

Ciri khas wanita dalam perjuangannya adalah kemampuannya untuk tetap menunjukkan kepedulian dan cinta kasih. Karena itulah, wanita merupakan pilar yang kokoh dalam perjuangan menuju dunia yang lebih baik. Dibandingkan beberapa dekade yang lalu, dunia yang kita tinggali saat ini adalah tempat yang lebih baik bagi wanita. Saat ini, ketika pola pikir dunia mengenai kesetaraan gendermulai berubah, wanita mengambil kesempatan ini dengan gemilang. Semakin banyak wanita yang mengenyam pendidikan tinggi. Di Amerika Serikat, persentase wanita mengungguli pria dalam jumlah peserta didik perguruan tinggi pada tahun 1980an. Bahkan di tahun 2009, wanita mendominasi pendidikan master dan doktor di Amerika Serikat.

Sayangnya, keadaan sekarang belum cukup baik secara universal bagi wanita di seluruh dunia. Masih banyak ditemukan pelecehan derajat wanita di berbagai belaha duni. Namun terlepas dari ketidaksanggupan dunia menyediakan lingkungan yang menghargai kaum wanita, akan selalu ada kesempatan bagi wanita untuk berkarya dan berkontribusi. Sejarah telah membuktikannya. Sejarah tersebut kiranya mampu menjadi pelita di setiap hati pejuang wanita masa kini. Dunia yang kacau ini akan selalu membutuhkan peran serta wanita.

Sumber:

Alice Paul Institute. (1985). Alice Paul: Feminist, Suffragist and Political Strategist . Retrieved April 22, 2013, from Alice Paul Institute: http://www.alicepaul.org/alicepaul.htmFranke-Ruta, G. (2013, Maret 20). Why Isn’t Better Education Giving Women More Power? Retrieved April 22, 2013, from The Atlantic: http://www.theatlantic.com/magazine/archive/2013/04/miss-education/309267/The Body Shop Foundation. (n.d.). Environmental Protection. Retrieved April 22, 2013, from The Body Shop Foundation: http://thebodyshopfoundation.org/category/issues/environmental-protection/Warner, M. (1981). Joan of Arc, The Image of Female Heroism. California: University of California Press.

 

Wanita Indonesia dan Potensi Pemberdayaannya

Bahasa Indonesia: Foto. Gadis-gadis di asrama ...
Bahasa Indonesia: Foto. Gadis-gadis di asrama Sekolah Kartini (sekolah untuk anak perempuan) di Bogor dengan Nyonya Goes dan Nona Avelingh. Nederlands: Foto. De meisjes in het internaat met mejuffrouw Avelingh en mevrouw Goes. (Photo credit: Wikipedia)

Oleh: Angelica Faevita

         Wanita merupakan salah satu sumber daya yang potensinya tak boleh kita pandang sebelah mata. Sejak dahulu kala, wanita telah menjadi tonggak utama dalam hal mengurus urusan rumah tangga masyarakat Indonesia pada umumnya, ketika para pria atau suami-suami mereka berjuang keras mencari nafkah. Mundur ke beberapa dekade atau bahkan beberapa abad lalu, wanita di Indonesia tidak dapat mengenyam pendidikan dan memperkaya diri dengan ilmu karena tataran sosial masyarakat yang membelenggu kebebasan wanita untuk menjadi setara dengan laki-laki.

            Keadaan mulai berubah semenjak fenomena emansipasi wanita yang dipelopori oleh R. A. Kartini dimulai di era 1900-an. Surat-surat Ibu Kartini beserta pemikiran kritis dan angan-angannya mulai terungkap dan membuka mata khalayak luas. Sebagian besar tulisan dalam surat-suratnya menggambarkan tentang kondisi perempuan pribumi di kala itu dan betapa inginnya beliau untuk menuntut ilmu dan belajar. Beliau juga mengungkapkan sedikit banyak mengenai pengaruh adat Jawa dan agama yang mengekang kaum perempuan untuk maju dan mencapai pendidikan. Berkat beliau, upaya pergerakan wanita pun mulai nyaring disuarakan. Muncullah harapan baru bagi wanita untuk mengoptimalkan potensinya.

             Bicara mengenai potensi wanita, ada baiknya kita menyimak data berikut:

Tahun
1971
1980
1990
1995
2000
2005
2010
Jumlah Penduduk
119,208,229
147,490,298
179,378,946
194,754,808
206,264,595
218,086,288
237,641,326
Rasio Jenis Kelamin
97.18
98.82
99.45
99.09
100.6
101.05

* sumber: Badan Pusat Statistik

*perhitungan sex ratio= (jumlah penduduk laki-laki / jumlah penduduk wanita) x 100

           Berdasarkan rumus perhitungan sex ratio di atas, dapat kita interpretasikan bahwa di tahun 1971, di setiap 100 penduduk perempuan, terdapat 97.18 penduduk laki-laki; sedangkan di tahun 2005, di setiap 100 penduduk perempuan, terdapat 101.05 penduduk laki-laki. Jika kita telaah lebih lanjut, dapat kita lihat bahwa sebenarnya jumlah penduduk wanita dan laki-laki di Indonesia tidak berbeda jauh, bahkan dapat kita katakan hampir 50% banding 50%. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa potensi wanita Indonesia jika dilihat dari jumlahnya, tentunya tidaklah kalah dibandingkan dengan potensi pria. Namun pertanyaannya, apakah pemberdayaan perempuan masa kini telah dirasa optimal?

            Jawabannya adalah tidak. Selain masih terpengaruh sisa-sisa kebudayaan jaman sebe-lum emansipasi, data pun menunjukkan hal yang serupa. Menurut data Susenas (2000), wanita yang berhasil menyelesaikan pendidikan SLTP ke atas baru mencapai 36,9% dan 46,0% untuk laki-laki. Menurut data dari BPS (2011), persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang buta huruf menunjukkan angka 4,01% untuk laki-laki dan 8,88% untuk wanita. Selain itu,  persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang tidak atau belum pernah sekolah menunjukkan angka 3,38% untuk laki-laki dan 8,05% untuk wanita.

     Data-data diatas menunjukkan bahwa dewasa ini wanita masih saja tertinggal dibandingkan dengan kaum laki-laki. Wanita masih belum mendapat akses terhadap pengetahuan dan pendidikan yang layak dan setara dengan laki-laki. Hal ini lah kendala utama yang menghambat perkembangan potensi wanita Indonesia, disamping hambatan-hambatan lainnya seperti adat, agama, dan birokrasi.

               Kesimpulan yang dapat kita tarik, ialah potensi wanita sesungguhnya sangatlah besar, dilihat dari jumlahnya yang tidak kalah dengan jumlah laki-laki. Namun hambatan edukasi dan pendidikan telah cukup lama menghambat masyarakat Indonesia pada umumnya dan wanita Indonesia pada khususnya untuk berkontribusi serta berdaya bagi kemajuan Indonesia. Bayangkan bila masalah pendidikan dapat teratasi dan wanita semakin mampu berdayaguna bagi pembangunan Indonesia, efeknya tentu akan sangat luar biasa!

Sumber:

Aliansi Perempuan untuk Pembangunan Berkelanjutan. (2008). Sinergi Perempuan dalam Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta: PT. Penerbit Djambatan.

http://www.bps.go.id

Konsep Pembangunan Berkelanjutan

Bahasa Indonesia: Repronegatif. Pembangunan ta...
Bahasa Indonesia: Repronegatif. Pembangunan tanggul dan drainasi di Sinabang, Simeulue, Aceh. Nederlands: Repronegatief. Gezicht op terrein na ophoging en drainering te Sinabang, Atjeh, Noord-Sumatra (Photo credit: Wikipedia)

Oleh: Angelica Faevita

        Selama dua dekade terakhir, istilah pemba-ngunan berkelanjutan kian populer. Sebenarnya, apa itu pembangunan berkelanjutan? Mengapa kita perlu menyadari pentingnya pembangunan berkelanjutan? Dalam artikel ini akan dibahas mengenai pembangunan berkelanjutan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas.

           Pembangunan berkelanjutan, secara definisi, menurut Prof. Prijono Tjiptoherijanto, merupakan pembangunan yang secara berkelanjutan meng-optimalkan manfaat dari SDA dan SDM dengan menyerasikan aktivitas manusia sesuai dengan kemampuan sumber alam yang tersedia. Dari definisi tersebut, dapat diinterpretasikan keempat aspek implisit berikut:

  1. Proses pembangunan berlangsung secara berlanjut dan didukung oleh sumber alam dengan kualitas lingkungan dan manusia semakin berkembang.
  2. Sumber alam terutama udara, air, dan tanah  memiliki ambang batas dimana pemanfaatan yang berlebihan akan menyebabkan berkuangnya kuantitas dan kualitas sumber daya alam sehingga mengurangi kemampuannya mendukung kehidupan umat manusia.
  3. Kualitas lingkungan berkorelasi langsung dengan kualitas hidup, sehingga semakin baik mutu kualitas lingkungan semakin positif  pengaruhnya pada kualitas hidup, antara lain tercermin pada meningkatnya usia harapan hidup, turunnya tingkat kematian, dan lain-lain.
  4. Pembangunan berkelanjutan memungkinkan generasi sekarang meningkatkan kesejahteraannya tanpa mengurangi kemungkinan bagi generasi masa depan untuk meningkatkan kesejahteraannya.
English: Indonesian map showing the provinces,...
English: Indonesian map showing the provinces, colored according to their Human Development Index score. Bahasa Indonesia: Peta Indonesia yang menunjukkan provinsi-provinsinya, diwarnai sesuai dengan tingkat Indeks Pembangunan Manusia masing-masing provinsi. Deutsch: Die Landkarte von Indonesien mit den Provinzen nach ihrem Human Development Index gefärbt. (Photo credit: Wikipedia)

            Pendekatan yang digunakan dalam pemba-ngunan berkelanjutan ialah pendekatan untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik untuk masa kini dan mendatang. Oleh karena itu, seyogyanya pembangunan atau upaya mencukupi kebutuhan di masa kini tidak mengorbankan pembangunan atau upaya mencukupi kebutuhan di masa depan (mengorbankan generasi kita di masa depan).

       Dalam pelaksanaannya, pembangunan berke-lanjutan didasari oleh 3 pilar, yakni pilar lingkungan (ekologis), pilar ekonomi, dan pilar sosial. Fakta ini memiliki makna bahwa setiap pembangunan yang dilakukan haruslah layak secara ekonomis (memberikan nilai tambah secara ekonomi), dapat diterima secara sosial (diterima oleh masyarakat dan membantu menyejahterakan masyarakat), dan tidak berdampak buruk atau memiliki dampak negatif yang minimal terhadap lingkungan (tidak mengganggu atau merusak lingkungan).

               Ciri –ciri pembangunan berkelanjutan secara ringkas adalah sebagai berikut:

  1. Memperhatikan dampak jangka panjang;
  2. Memperhatikan keterikatan antara pelaku-pelaku alam, sosial, dan manusia;
  3. Memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kebutuhan masa depan;
  4. Efisiensi, hemat, pelaksanaan daur ulang, meminimalisasi limbah, dan optimalisasi manfaat;
  5. Pemberantasan kemiskinan, kesetaraan sosial yang adil dan kualitas hidup sosial, serta taraf lingkungan dan ekonomi yang tinggi.

      Pesatnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi di hampir seluruh belahan dunia menciptakan ketidakseimbangan terhadap sisi sosial dan lingkungan. Kurangnya penyelarasan dan pemerataan hasil pembangunan mengakibatkan kondisi sosial sebagian masyarakat menjadi semakin tertinggal dan rusaknya lingkungan hidup akibat eksploitasi yang tidak memikirkan keadaan lingkungan dan generasi masa depan. Hal inilah yang menjadi penyebab urgensi untuk melakukan pembangunan yang berkelanjutan.

          Semangat keberlanjutan mengajak pelaku-pelaku ekonomi, sosial, dan lingkungan untuk berkontribusi dan bersinergi dalam pembangunan yang memperhatikan kesejahteraan semua pihak, bahkan pihak generasi masa depan. Pembangunan berkelanjutan membantu mengatasi masalah-masalah sosial dan lingkungan tanpa menghambat pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, kita sebagai masyarakat yang peduli akan ketiga pilar pembangunan dan merupakan bagian dari pembangunan, sebaiknya memahami dan memiliki semangat keberlanjutan. Mari dukung pembangunan berkelanjutan!

Sumber:

Aliansi Perempuan untuk Pembangunan Berkelanjutan. (2008). Sinergi Perempuan dalam Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta: PT. Penerbit Djambatan.

Ada Apa dengan Sampah?

Oleh: Azita Zandian

Sampah?? Sepertinya bukan masalah saya

Apakah ada untungnya buat saya kalo sampah berkurang?

           Hal diatas mungkin adalah hal yang dirasakan oleh hampir semua orang. Tidak semua orang merasa sampah adalah masalah besar yang harus dipikirkan. Judul artikel ini pun penegasan mengenai apakah masyarakat sudah sadar terhadap isu lingkungan terkait sampah? Kesadaran normatif masyarakat baru sampai membuang sampah harus pada tempatnya.  Setidaknya dengan membuang sampah pada tempatnya, estetika terjaga, agar lingkungan terlihat rapi, bersih dari sampah.

           Ya. Hanya sebatas itu kesadaran sebagian orang mengenai sampah. Tidak banyak yang mengetahui sampah yang berlebihan dan tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan berbagai masalah mulai dari banjir, penyakit, serta polusi. Hal ini wajar, karena dampak permasalahan berlebihnya sampah tidak dirasakan langsung seperti kalau tidak makan maka kita akan langsung merasa lapar. Masalah sampah ini kalau diibaratkan mirip seperti kanker yang tidak ada gejala langsungnya ketika kita terkena paparan radikal bebas. Kanker umumnya baru diketahui ketika paparan radikal bebas tersebut sudah menumpuk bertahun-tahun di tubuh.

             Dampak yang tidak dirasakan langsung ini pun parahnya juga bukan hanya sekedar pengabaian karena efeknya jangka panjang. Banyak juga masyarakat yang sama sekali tidak mengetahui dampak tidak langsung ini sehingga tidak menyadari urgensi pengurangan sampah. Berapa banyak yang mengetahui bahwa sampah terdiri dari kategori organik dan non-organik? Berapa banyak yang mengetahui bahwa sampah non-organik seperti plastik butuh ribuan tahun agar dapat diurai oleh alam? Berapa banyak pula yang tahu bahwa sampah baterai tidak dapat begitu saja dibuang ke TPS/TPA karena mengandung logam berat seperti merkuri dan timbal yang dapat mencemari tanah, air tanah, air sungai dan pada akhirnya air yang ktia minum?

       Hal ini menandakan kurangnya edukasi pada masyarakat mengenai sampah, pentingnya pengurangan sampah serta pemilahan sampah. Jika masyarakat sudah paham dampak-dampak negatif dari pengelolaan sampah yang tidak tepat, gerakan seperti reduce, reuse, dan recycle akan dengan sendirinya dilakukan oleh masyarakat. Contohnya masyarakat yang umumnya memilih membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah plastic umumnya adalah masyarakat yang sudah teredukasi dan memilih menjalani hidup dengan green. Masyarakat yang membuang sampah sesuai kategori organik dan anorganik umumnya juga masyarakat yang sudah mendapat paparan edukasi mengenai pentingnya gaya hidup yang green. Makin maju pemikiran masyarakat, pola hidup ramah lingkungan biasanya pun akan meningkat. Contohnya di Jepang yang tingkat pendidikan masyarakatnya sudah baik bahkan sudah menyadari pemilihan sampah dengan adanya tempat sampah dengan 11 kategori. Jadi pekerjaan rumah (PR) besar kedepannya memang tampaknya merupakan meningkatkan kesadaran masyarakat. Polanya adalah masyarakat sadar, pola hidup ramah lingkungan akan meluas, dan cita-cita idealnya adalah terjaganya lingkungan dari jumlah sampah terutama  yang sulit diurai alam yang makin akan terus berkurang. Semoga……

Sumber:

http://news.detik.com/read/2012/02/09/154054/1838580/10/duh-jakarta-dibanjiri-sampah-6500-ton-per-hari

Biopori Menjawab Masalah Air di Jakarta

Oleh: Azita Zandian

        Masalah air di Jakarta dapat dikatakan kompleks, kalau bisa dikatakan ironis. Bayangkan, Jakarta diperkirakan mengalami defisit air bersih sekitar 5,3 juta m3 di tahun 2013 ini. Pada saat yang bersamaan, Jakarta masih dihadapkan pada masalah klasik yakni banjir jika musim hujan di Jakarta. Ya ironis. Ketika kemarau kekurangan air, ketika musim hujan eh kebanjiran.

              Keironisan ini berjalan beriringan dengan berkurangnya daerah tangkapan air akibat massifnya pembangunan di Jakarta. Masalah air yang tidak dikelola dengan baik ini pun akhirnya merembet kemana-mana. Turunnya permukaan tanah Jakarta, amblesnya jalan, intrusi air laut ke air tanah di daerah Jakarta Utara merupukan efek domino dari overconsumption air tanah yang tidak diiringi dengan penyerapan air yang baik untuk mengembalikan cadangan air tanah yang sudah diambil.

Picture2Picture3

Untungnya, sekarang telah dikenal teknologi penggunaan biopori untuk membantu solusi penyerapan air. Biopori adalah lubang dengan diameter ± 10 cm dan dengan kedalaman ± 10 meter. Manfaat biopori diantaranya ialah :

Manfaat Biopori

Masalah di Jakarta yang Terpecahkan

1.       Mempercepat peresapan air hujan

1.       Banjir

2.       Peningkatan cadangan air tanah

2.    Krisis air bersih

3.       Penampung materi organik

3.    Sampah organik

Saat ini, Pemda DKI Jakarta sudah menyadari pentingnya biopori untuk solusi permasalahan air di Jakarta. Hal ini dibuktikan dengan diajukannya anggaran pembuatan 10 ribu biopori di Jakarta oleh Gubernur Joko Widodo walaupun masih belum dirampungkan dalam APBD DKI Jakarta 2013.

Sumber :

http://www.beritasatu.com/megapolitan/104240-jakarta-kekurangan-air-bersih.html

http://www.biopori.com/keunggulan_lbr.php

http://www.biopori.com/

http://jaringnews.com/politik-peristiwa/umum/32211/jokowi-masih-optimis-pembangunan-ribu-biopori-bisa-cepat-dibangun